Bagaimana Nasib Museum Di Era Pandemi Covid-19?

Bagaimana Nasib Museum Di Era Pandemi Covid-19?

Teknologi internet jadi solusi terbaik bagi dunia permuseuman mengatasi keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Teknologi informasi ini juga merupakan harapan bagi pengelola museum untuk bisa bangkit dan mampu menampilkan koleksinya kepada publik.

Demikian pernyataan Prof Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia (UI), dalam sambutannya pada acara “Digital Universeum” yang diselenggarakan secara virtual oleh Jejaring Museum Perguruan Tinggi Indonesia (JMPTI), akhir pekan lalu.

Menurut Prof Ari Kuncoro, saat ini teknologi internet memang menjadi penopang utama aktivitas masyarakat hampir di segala bidang kehidupan. Berbagai aktivitas sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, bahkan aktivitas keagamaan mengalami perubahan total. Banyak aktivitas masyarakat kini mengalami penyesuaian sambil mencoba beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang abnormal.

Museum yang pada hakikatnya bersifat “real touch” sehingga pengunjung harus hadir secara langsung atau offline untuk mendapatkan pengetahuan yang terkandung dalam koleksi museum, kini seolah “dipaksa” juga untuk beralih dalam jaringan virtual.

"Teknologi internet memungkinkan siapa pun dapat mengakses informasi tentang suatu artefak, memorabilia, dan berbagai jenis koleksi museum lainnya di mana pun dan kapan pun selama terhubung dengan jaringan internet. Bahkan dengan internet, koleksi museum dapat diakses dengan jangkauan yang lebih luas, melampaui batas antardaerah atau antarnegara,” kata rektor UI ini dalam rilisny, kemarin.

Perguruan tinggi penting memiliki museum, yang dikaitkannya dengan program "Merdeka Belajar" yang saat ini menjadi ruh pendidikan nasional. Salah satu instrumen kemerdekaan belajar adalah museum. Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim pada peringatan Hari Museum Nasional 2020.

“Pernyataan ini menurut saya sangat tepat, oleh sebab spirit museum adalah ruang belajar lewat pengalaman. Museum menghadirkan masa lalu ke masa kini, sekaligus membawa masa kini ke masa lalu,” urai Prof Ari.

Rencana Museum UI 

Sejalan dengan itu, rektor UI ini menyambut baik rencana yang diprakarsai oleh alumni UI lintas fakultas, seperti Basuki Sudarsono Suratno, Ciwuk Musiana Yudhawasthi, Nanang Sugianto, Sukarno Ibrahim, Faturahman Arroisi, dan didukung ILUNI UI untuk membangun MUSEUM UI.

“Saya berharap Museum UI tidak hanya menampilkan wajah kampus UI dan hanya menampilkan citra institusi pendidikan secara formal, tapi Museum UI saya harapkan juga akan menjadi organ penting dalam tubuh institusi pendidikan kita yang fungsinya menjaga spirit merdeka belajar tetap menyala,” tegas Prof Ari.

Sementara itu, Digital Universeum merupakan kegiatan bersama museum-museum perguruan tinggi yang tergabung dalam Jejaring Museum Perguruan Tinggi Indonesia (JMPTI). Kegiatanya berupa diskusi peran serta kesiapan museum perguruan tinggi dalam menfasilitasi program Merdeka Belajar serta Kampus Merdeka, mengoptimalkan layanan meski kampus tutup serta beradaptasi dalam dunia digital dan era pembelajaran jarak jauh saat ini.

Selain diskusi yang dilengkapi dengan virtual tour museum-museum perguruan tinggi, hadir sebagai pembicara kunci antara lain Presiden Universitas Museums and Collections International Council of Museum (UMAC ICOM) Prof Marta C Lourenco, Guru Besar UGM Prof Wiendu Nuryanti, Direktur Pembelajaran Paristiyanti Nurwardani, Pendiri Museum Soseilo Sudarman serta Dewan Pakar Lembaga Pengetahuan Indonesia Prof Dr Indroyomo Soesilo, dan Dirjen Budristek Hilmar Farid.